Pythagoras (570 SM – 495 SM, bahasa
Yunani: Πυθαγόρας) adalah seorang matematikawan
dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya.
Dikenal
sebagai "Bapak Bilangan", dia memberikan sumbangan yang penting
terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM.
Kehidupan dan ajarannya tidak
begitu jelas akibat banyaknya legenda dan kisah-kisah buatan mengenai dirinya.
Pythagoras
dan murid-muridnya percaya bahwa segala sesuatu di dunia ini berhubungan dengan
matematika, dan merasa bahwa segalanya dapat
diprediksikan dan diukur dalam siklus beritme. Ia percaya keindahan
matematika disebabkan segala fenomena alam dapat dinyatakan dalam
bilangan-bilangan atau perbandingan bilangan. Terdapat legenda yang menyatakan
bahwa ketika muridnya Hippasus menemukan bahwa , hipotenusa dari
segitiga siku-siku sama kaki
dengan sisi siku-siku masing-masing 1, adalah bilangan
irasional,
murid-murid Pythagoras lainnya memutuskan untuk membunuhnya karena tidak dapat
membantah bukti yang diajukan Hippasus.
Pythagoras
(582 SM – 496 SM) lahir di pulau Samos, di daerah Ionia, Yunani Selatan. Salah satu peninggalan
Phytagoras yang paling terkenal hingga saat ini adalah teorema Pythagoras, yang
menyatakan bahwa kuadrat sisi miring suatu segitiga siku- siku sama dengan
jumlah kuadrat dari sisi-sisinya. Yang unik, ternyata rumus ini 1.000 tahun
sebelum masa Phytagoras, orang-orang Yunani sudah mengenal penghitungan
“ajaib”
ini. Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum
lahirnya Pythagoras, namun teorema ini dianggap sebagai temuan Pythagoras,
karena ia yang pertama membuktikan pengamatan ini secara matematis. Pythagoras
menggunakan metode aljabar untuk menyatakan teorema ini.
Temuan
lain yang ditemukan oleh Phytagoras adalah rasio/perbandingan emas (golden
ratio). Pada masa lalu, matematika memang tidak hanya berkaitan dengan
bilangan. Matematika digunakan untuk menjabarkan filsafat dan
memahami keindahan. Termasuk golden ratio ini. Berdasarkan penemuan Phytagoras,
ternyata banyak hal di alam semesta ini mengarah pada golden ratio. Cangkang
siput, galur-galur pada nanas, dan ukuran tubuh bagian atas manusia
dibandingkan bagian bawahnya hampir pasti mendekati golden ratio 1 : 1,618.
Phytagoras juga membuktikan, semua benda yang memenuhi golden ratio senantiasa
memiliki tingkat estetika yang sangat tinggi. Kalau alam semesta berlimpahan
dengan benda-benda dengan “ukuran golden ratio”, maka manusia mesti membuat
yang serupa demi menjaga keindahan tersebut. Bahkan, Phytagoras berprinsip
bahwa “Segala sesuatu adalah angka; dan perbandingan emas adalah raja semua
angka.”
Berdasarkan
uraian di atas dapat kita ambil beberapa kesimpulan, antara lain:
1.
Pythagoras adalah orang yang mempunyai rasa ingin tahu yang sangat tinggi.
Sekalipun teorema tentang segitiga siku-siku sudah dikenal masyarakat
sebelumnya, tapi dia terus menggalinya
sehingga dapat membuktikan kebenaran teorema
tersebut secara matematis.
2.
Tanpa kita sadari ternyata bumi yang indah beserta kehidupan yang ada di
dalamnya ini tidak lepas dari
perhitungan matematika. Oleh karena itu kita perlu belajar matematika dengan lebih mendalam sehingga
bisa menguak rahasia alam sekaligus
membuktikan ke-Mahabesaran ciptaan Tuhan YME.
3.
Matematika adalah ilmu yang menarik untuk kita pelajari, bukan ilmu yang menyeramkan seperti dikatakan sebagian orang.
Karena telah banyak sejarah yang menceritakan tentang peran matematika dalam
memajukan peradaban manusia, salah satunya adalah teorema Pythagoras yang
menjadi spelopor perkembangan ilmu geometri dan arsitektur.
Postingan disalin dari : Buku
Paket Matematika VIII, Kemendikbud RI Tahun 2015 dan sumber lainnya.
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan pesan disini, tapi hindari spam ya...
Pastikan URL Anda tidak broken sebab penulis akan selalu mengunjungi Anda.
Terima kasih atas saran dan kritik Anda