Kita patut bersyukur dan berterima kasih kepada lembaga baik pemerintah,
maupun swasta yang memiliki kepedulian lebih di bidang pendidikan.Contoh konkritnya
pada tahun 2013 ini
Pemerintah Provinsi Bali memberikan beaya kuliah Gratis di
Universitas Udayana Bali kepada Ni
Kadek Vani Apriyanti, siswi SMA Negeri 4 Denpasar, gadis Bali yang berhasil meraih nilai
tertinggi se-Indonesia dalam ujian nasional (UN) tingkat SMA tahun 2012. Ni
Kadek Vani Apriyanti juga memperoleh beasiswa Telkom sebesar 27 juta rupiah.Mudah-mudahan
tahun-tahun mendatang lebih banyak lagi lembaga-lembaga yang peduli pendidikan.
Informasi selengkapnya dapat Anda
baca disini seperti yang dilansir pada laman http://www.kemendiknas.go.id
Ni
Kadek Vani Apriyanti, siswi SMA Negeri 4 Denpasar, adalah gadis Bali yang
berhasil meraih nilai tertinggi se-Indonesia dalam ujian nasional (UN) tingkat
SMA tahun 2012. Nilai rata-ratanya mencapai 9,87. Prestasi tersebut
mengantarkan Vani meraih beasiswa Telkom sebesar 27 juta rupiah, sekaligus
rekomendasi dari Pemerintah Provinsi Bali untuk kuliah gratis di Universitas
Udayana setelah ia dinyatakan lulus dalam Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SNMPTN).
Gadis
kelahiran 27 April 1995 tersebut mengaku senang dan bersyukur bisa meraih
prestasi nasional itu. Menurutnya, setiap orang memiliki sistem belajar
sendiri, begitupun dirinya. "Kalau saya nerapin sistem belajar yang cocok
dengan saya. Saya atur waktu saya fokus UN. Tes universitas lain dikesampingkan
dulu," tuturnya. Ia mengaku lebih menyukai belajar berkelompok bersama
teman-temannya daripada belajar sendiri. "Kalau belajar kelompok suasana
lebih hidup. Daripada belajar sendiri lebih cepat jenuh," katanya.
Vani
tinggal di Denpasar dengan menyewa kamar kost. Sementara orangtuanya yang
bekerja sebagai pegawai swasta bidang perhotelan tinggal di Nusa Dua. Waktu
tempuh dari Denpasar ke Nusa Dua sekitar satu jam. Vani memilih hidup sebagai
anak kost karena ia kerap belajar hingga larut malam. Perjalanan dari rumah ke
sekolah dan sebaliknya, akan menghabiskan waktu dan energi yang tidak sedikit.
Sehingga Vani memilih menjadi anak kost sejak duduk di kelas 1 SMA.
Aktivitas
belajar Vani di sekolah dimulai pada pagi hingga sore hari. Setelah itu, siswi
yang mengikuti kegiatan ekskul Kelompok Ilmiah Remaja itu mengikuti bimbingan
belajar hingga malam hari. Sesampainya di kost, Vani melanjutkan belajar hingga
pukul 2 dini hari. Dengan kesibukannya belajar, Vani tidak merasa waktu
bermainnya hilang. Karena ia menganggap bermain juga bisa sambil belajar.
Belajar sambil bercengkrama dengan teman-temannya sudah menjadi waktu
refreshing bagi gadis berkacamata ini.
Sekolahnya,
SMAN 4 Denpasar, adalah SMA yang selalu memegang prestasi terbaik dalam UN.
Dengan nilai rata-rata tinggi di tingkat nasional, SMAN 4 Denpasar juga kerap
menjadi sekolah dengan siswa berperingkat terbaik terbanyak dalam ujian
nasional. Vani menjelaskan, salah satu strategi yang diterapkan sekolahnya adalah
dengan membentuk Club UN. Vani pun menjadi salah satu pesertanya.
Club
UN adalah kelompok belajar yang dibentuk SMAN 4 Denpasar dengan mengumpulkan
murid-murid yang memiliki nilai tinggi pada mata pelajaran yang diujikan dalam
UN. Mereka dikumpulkan untuk mendapat pendalaman materi lagi usai jam sekolah.
Tidak hanya itu, murid-murid dengan prestasi akademik yang kurang pun
dikumpulkan menjadi satu. "Sisanya dimasukin klub juga. Beda jadwal. Jadi
cara perlakuannya beda," tutur penyuka pelajaran Kimia itu.
Saat
ini Vani yang lulus SNMPTN untuk Fakultas Kedokteran di Universitas Udayana
telah mendapat rekomendasi dari Pemprov Bali untuk kuliah gratis hingga lulus
S1. Selain itu Vani juga menerima beasiswa dari Telkom sebesar 27 juta rupiah.
Rencananya, putri kedua dari pasangan Ketut Mertawan dan Ni Made Maryani itu
akan menggunakan beasiswanya untuk melanjutkan ke S-2 dan disumbangkan untuk
pembangunan pura di Bali. Vani yang tergabung dalam perkumpulan remaja Bali
yang disebut truna-truni, mengaku tidak bisa sering hadir dalam pertemuan
truna-truni karena kesibukan belajarnya. Karena itu ia memutuskan untuk
berpartisipasi dalam bentuk lain, yaitu dengan menyumbang untuk pembangunan
pura.
Meski
mengambil program studi kedokteran, menjadi dokter bukanlah cita-cita awal
Vani. Awalnya ia tertarik untuk menjadi ilmuwan. Namun ia melihat, profesi
ilmuwan di Indonesia kurang mendapat penghargaan. "Apresiasinya tidak
sebesar di luar negeri," ucapnya. Ia sempat berkeinginan untuk melanjutkan
kuliah di luar negeri, namun hal itu ditentang orangtuanya. Urung menjadi
ilmuwan tidak membuat jiwa mengabdi Vani hilang. Ia pun memutuskan menjadi
dokter. Menurutnya, dokter merupakan profesi yang mulia. Selain itu Vani yang
memiliki hobi mengajar juga ingin menjadi dosen. "Ngajar secara nggak
langsung bikin kita jadi tambah ngerti," ucap Vani. (DM)
selamat buat semeton, angayu bhagya membaca berita ini, dumogi Hyang Widhi selalu memberikan waranugraha kepada semeton sekeluarga
ReplyDeleteawighnamastu
Terima kasih kunjungannya...salam sukses
ReplyDelete